“Analgetik : Non Steroid Anti Inflamation Drugs
(NSAID’s)”
URAIAN UMUM :
Definisi
Analgetika adalah senyawa yang dapat
menekan fungsi system saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi
rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.Analgetika bekerja dengan meningkatkan
nilai ambang persepsi rasa sakit.
Patogenesis
Nyeri adalah
suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya
tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh; seperti peradangan,
infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri
berguna sebgai “alarm” bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat
seseorang tidak sengaja menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia
akan merasakan rasa nyeri pada kakinya dan segera ia memindahkan kakinya.
Tetapi adakalanya nyeri yang merupakan pertanda ini dirasakan sangat menggangu
apalagi bila berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya pada penderita kanker.
a.
Penyebab timbulnya rasa nyeri
:
Adanya
rangsangan-rangsangan mekanis/kimiawi ( kalor/listrik ) yang dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang
disebut mediator-mediator nyeri.
Mediator
nyeri antara lain : histamin, serotonin, plasmakinin-plasmakinin,
prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang reseptor-reseptor
nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan jaringan, lalu
dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat ( SSP ) melalui sumsum
tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar (rangsangan sebagai
nyeri).
b.
Penggolongan Nyeri
Umumnya
nyeri digolongkan menjadi 2 jenis:
1. Nyeri akut
: nyeri yang tidak berlangsung lama. Berdasarkan sumber nyeri, umumnya
nyeri ini dibagi menjadi 3:
·
Nyeri permukaan: sumbernya adalah luka
luar, iritasi bahan kimia, dan rangsangan termal, yang hanya permukaan
kulit saja.
·
Nyeri somatis dalam: biasanya bersumber
dari luka/iritasi dari dalam tubuh, seperti karena injeksi atau dari ischemia
·
Nyeri viseral: nyeri ini berasal dari
organ-organ besar dalam tubuh, seperti hati, paru-paru, usus, dll
2. Nyeri kronis:
nyeri ini berlangsung sangat lama, bisa menahun, yang kadang sumbernya tidak
diketahui. Nyeri kronis sering diasosiasikan dengan penyakit kanker dan
arthritis. Salah satu tipe nyeri akut adalah neuropathic pain yang
disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang suatu jalur saraf. Suatu kelainan
akan mengganggu sinyal saraf, yang kemudian akan diartikan secara salah oleh
otak. Nyeri neuropatik bisa menyebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar
dan rasa lainnya (misalnya hipersensitivitas terhadap sentuhan). Beberapa
sumber yang dapat menyebabkan nyeri neuropati ini adalah herpes zoster,
dan phantom limb pain, dimana seseorang yang lengan atau tungkainya telah
diamputasi merasakan nyeri pada lengan atau tungkai yang sudah tidak ada.
c.
Pemberantasan rasa nyeri
1. Merintangi
pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri perifer, oleh analgetika perifer
atau anestetika lokal.
2. Merintangi
penyaluran rangsangan nyeri dalam syaraf-syaraf sensoris oleh anestetika lokal.
3. Blokade
pusat nyeri pada SSP dengan analgetika sentral ( narkotika ) atau anestetika
umum.
Penggolongan
Analgetik
Berdasarkan
aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1.
Analgetika
narkotik
·
Turunan morfin
·
Turunan meperidin
·
Turunan metadon
·
Turunan lain – lain (Tramadol,
butorfanol tartrat)
2.
Analgetika
Non narkotik
·
Analgetika – antipiretika
o
Turunan aniline dan para-Aminofenol
o
Turunan 5- pirazolam
·
Obat antiradang bukan steroid (NSAID =
Non Steroid Anti Inflamation Drug)
o
Turunan asam salisilat
o
Turunan 5 – pirazolidindion
o
Turunan asam N- arilantranilat
o
Turunan asam arilasetat
o
Turunan asam heteroarilasetat
o
Turunan oksikam
o
Turunan lain – lain
Kedua
jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
1. Analgetik Narkotik / opioid
Analgetik opiad merupakan golongan obat yang memiliki sifat
seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opiad yaitu menimbulkan adiksi:
habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk
mendapatkan analgesik ideal:
a. Potensi analgesik yg sama kuat
dengan morfin
b. Tanpa bahaya adiksi
·
Obat
yang berasal dari opium-morfin
·
Senyawa
semisintetik morfin
·
Senyawa
sintetik yang berefek seperti morfin
Analgetik
opiad mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang
terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).. Analgetik opioid ini
merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi
nyeri yang hebat.
Tubuh
sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls
nyeri.Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan,
misalnya luka pada kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru
disadari beberapa saat kemudian.Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem
endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang termasuk dalam
penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
Opioid
endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh seperti fluktuasi
hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi stress dan kegelisahan,
dan pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid.Opioid endogen mengatur
homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuk ke otak, dan bertindak
juga sebagai neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang eksternal.Baik
opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid, berbeda
dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.
Ada beberapa
jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan diteliti, yaitu reseptor
opioid μ, κ, σ, δ, ε. (dan yang terbaru ditemukan adalah N/OFQ receptor,
initially called the opioid-receptor-like 1 (ORL-1) receptor or “orphan” opioid
receptor dan e-receptor, namum belum jelas fungsinya).
Reseptor μ
memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan ketergantungan fisik dari
opioid.Sedangkan reseptor μ 2 memediasi efek depresan pernafasan.Reseptor δ
yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam memediasi efek analgesik dan
berhubungan dengan toleransi terhadap μ opioid. reseptor κ telah
diketahui dan berperan dalam efek analgesik, miosis, sedatif, dan diuresis.
Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor δ
danreseptorκ menunjukan selektifitas untuk ekekfalin dan dinorfin, sedangkan
reseptor μ selektif untuk opioid analgesic.
Mekanisme
umumnya :
Terikatnya
opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+ ke
dalam sel, selain itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan meningkatkan
masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion
kalsium dalam sel adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin,
dan peptida penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan
transmisi rangsang nyeri terhambat.
Efek-efek yang ditimbulkan dari
perangsangan reseptor opioid diantaranya:
·
Analgesik
·
medullary
effect
·
Miosis
·
immune
function and Histamine
·
Antitussive
effect
·
Hypothalamic
effect
·
GI
effect
Efek samping yang dapat
terjadi:
·
Toleransi
dan ketergantungan
·
Depresi
pernafasan
·
Hipotensi,
dll
Atas dasar kerjanya pada reseptor
opioid, analgetik opioid dibagi menjadi:
1. Agonis opioid menyerupai morfin (pd
reseptor μ, κ). Contoh: Morfin, fentanyl
2. Antagonis opioid. Contoh: Nalokson
3. Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg
ambang nyerinya tinggi
4. Opioid dengan kerja campur. Contoh:
Nalorfin, pentazosin, buprenorfin, malbufin, butorfanol.
Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )
Alfentanil,Benzonatate,Buprenorphine,
Butorphanol, Codeine,Dextromethorphan, Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine,
Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM,
Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine,
Nalbuphine,Nalmefene, Naloxone,Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone,
Pentazocine, Propoxyphene,Sufentanil.
Deskripsi
Obat Analgesik opioid
1.
Agonis Kuat
a. Fenantren
Morfin, Hidromorfin,dan oksimorfon
merupakan agonis kuat yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri hebat. Heroin adalah agonis yang kuat dan
bekerja cepat
b. Fenilheptilamin
Metadon mempunyai profil sama dengan morfin tetapi masa kerjanya
sedikit lebih panjang. Dalam keadaan nyeri akut,potensi analgesik dan
efikasinya paling tidak sebanding dengan morfinLevometadil asetat merupakan
Turunan Metadon yang mempunyai waktu paruh lebih panjang daripada metadon.
c. Fenilpiperidin
Meperidin dan Fentanil adalah
yang paling luas digunakan diantara opioid sintetik yang ada ,mempunyai efek
antimuskarinik.subgrup fentanil yang sekarang terdiri dari sufentanil dan
alventanil.
d. Morfinan
Levorfanol adalah preparat analgesik opioid sintetik yang kerjanya
mirip dengan morfin namun manfaatnya tidak menguntungkan dari morfin.
2. Agonis
Ringan sampai sedang
a. Fenantren
Kodein,Oksikodoa, dihidrokodeindan hidrokodon,semuanya mempunyai efikasi yang kurang dibanding
morfin,atau efek sampingnya membatasi dosis maksimum yang dapat diberikan untuk
memperoleh efek analgesik yang sebanding dengan morfin,penggunaan dengan
kombinasi dalam formulasi-formulasi yang mengandung aspirin atau asetaminofen
dan obat-obat lain.
b. Fenilheptilamin
Propoksifen aktivitas analgesiknya rendah,misalnya 120 mg propoksifen =
60 mg kodein.
c. Fenilpiperidin
Difenoksilat dan metabolitnya,difenoksindigunakan
sebagai obat diare dan tidak untuk analgesik,digunakan sebagai kombinasi dengan
atropin.
d. Loperamid
Loperamid adalah turunan fenilpiperidin yang digunakan untuk
mengontrol diare.Potensi disalahgunakan rendah karena kemampuannya rendah untuk
masuk ke dalam otak.
3. Mixed
Opioid Agonist–Antagonists or Partial Agonists
a. Fenantren
Nalbufin adalah agonis kuat reseptor kapa dan antagonis reseptor
mu, pada dosis tinggi terjadi depresi pernafasan.
b. Buprenorfin
Buprenorfinadalah turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama
danmerupakan suatu agonis parsial reseptor mu.Penggunaan klinik lebih
banyakmenyerupai nalbufin,mendetoksifikasi dan mempertahankan
penderitapenyalahgunaan heroin.
c. Morfinan
Butorfanol efek analgesik ekivalen dengan nalbufin dan
buprenorfin,tetapi menghasilkan efek sedasi pada dosis ekivalen ,merupakan
suatu agonisreseptor kapa.
d. Benzomorfan
Pentazosin adalah agonis reseptor kapa dengan sifat-sifat
antagonisreseptor mu yang lemah.Obat ini merupakan preparat campuran
agonis-antagonisyang tertua.
e. Dezosin
Dezosin adalah senyawa yang struktur kimianya berhubungan dengan
pentazosin, mempunyai aktivitas yang kuat terhadap reseptor mu dan kurang bereaksi dengan reseptor kappa, mempunyai efikasi yang ekivalen
dengan morfin.
4. Antagonis
Opioid
Nalokson dan Naltrekson merupakan
turunan morfin dengan gugusan pengganti pada posisi N, mempunyai afinitas
tinggi untuk berikatan dengan reseptormu,
dan afinitasnya kurang berikatan dengan reseptor lain. Penggunan utama nalokson
adalah untuk pengubatan keracunan akut opioid, masa kerja nalokson relatif
singkat, Sedangkan naltrekson masa kerjanya panjang, untuk program pengobatan
penderita pecandu.individu yang mengalami depresi akut akibat kelebihan dosis suatu
opioid, antagonis akan efektif menormalkan pernapasan, tingkat kesadaran,
ukuran pupil aktivitas usus,dan lain-lain.
5. Drugs Used
Predominantly as Antitussives
Analgesic
opioid adalah obat yang paling efektif dari semua analgesik yang ada untuk
menekan batuk.Efek ini dicapai pada dosis dibawah dari dosis yang diperlukan
untuk menghasilkan efek analgesik.Contoh obatnya adalah Dekstrometrofan, Kodein, Levopropoksifen.
2. AnalgetikNon-narkotik/Non-opioid
Obat-obatan
dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase
(COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah
yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri .
Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
Efek
samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit.Efek
samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.
Obat-
obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )
Acetaminophen,
Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac,Fenoprofen,Flurbiprofen, Ibuprofen,
Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac,Meclofenamate,Mefanamic acid Nabumetone,
Naproxen, Oxaprozin,Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib,
Sulindac,Tolmetin.
Deskripsi
Obat Analgesik Non-opioid
a.
Salicylates
Contoh Obatnya :Aspirin,
mempunyai kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya
menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat,obat
ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2 , pada dosis yang
biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung( intoleransi ).Efek ini dapat
diperkecil dengan penyangga yang cocok ( minum aspirin bersama makanan yang
diikuti oleh segelas air atau antasid).
b.
p-Aminophenol Derivatives
Contoh Obatnya :Acetaminophen
(Tylenol) adalah metabolit darifenasetin. Obat ini menghambat
prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek
anti-inflamasi yang bermakna.Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang
seperti nyeri kepala,mialgia,nyeri pasca persalinan dan keadaan lain.efek
samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.Pada dosis besar
dapat menimbulkan pusing,mudah terangsang, dan disorientasi.
c.
Indoles and Related Compounds
Contoh Obatnya :Indomethacin
(Indocin), obat ini lebih efektif daripada aspirin, merupakan
obat penghambat prostaglandin terkuat. Efek samping menimbulkan efek terhadap
saluran cerna seperti nyeri abdomen,diare, pendarahan saluran cerna,dan
pankreatitis.serta menimbulkan nyeri kepala, dan jarang terjadi kelainan hati.
d.
Fenamates
Contoh Obatnya :Meclofenamate
(Meclomen) ,merupakan turunan asam fenamat,mempunyai waktu paruh
pendek,efek samping yang serupa dengan obat-obat AINS baru yang lain dan tak
ada keuntungan lain yang melebihinya.obat ini meningkatkan efek antikoagulan
oral. Dikontraindikasikan pada kehamilan.
e.
Arylpropionic Acid Derivatives
Contoh Obatnya :Ibuprofen
(Advil), tersedia bebas dalam dosis rendah dengan berbagai nama
dagang.obat ini dikontraindikasikan pada mereka yang menderita polip hidung,
angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin.Efek samping,gejala
saluran cerna.
f.
Pyrazolone Derivatives
Contoh Obatnya :Phenylbutazone
(Butazolidin) untuk pengobatanartristis rmatoid,dan berbagai
kelainan otot rangka.obat ini mempunya efek anti-inflamasi yang kuat.
tetapimemiliki efek samping yang serius seperti agranulositosis, anemia aplastik,anemia
hemolitik,dan nekrosis tubulus ginjal.
g.
Oxicam Derivative
Contoh Obatnya :Piroxicam
(Feldene), obat AINS dengan struktur baru.waktu paruhnya panjang
untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.efek
sampingnya meliputi tinitus ,nyeri kepala,dan rash.
h.
Acetic Acid Derivative
Contoh Obatnya:Diclofenac
(Voltaren),obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat
dengan efek antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik. waktu parunya
pendek. dianjurkanuntuk pengobatan artristis rmatoid,dan
berbagai kelainan otot rangka.efek sampingnya distres saluran cerna, perdarahan
saluran cerna,dan tukak lambung.
i.
Miscellaneous Agents
Contoh Obatnya :Oxaprozin
(Daypro), obat ini mempunyai waktu paruh yang panjang.obat ini
memiliki beberapa keuntungan dan resiko yang berkaitan
dengan obat AINS lain.
URAIAN KHUSUS :
Analgetika Non Narkotik
Analgetika non narkotik sering juga disebut analgetika-antipiretik
atau Non Steroidal Anti-Inflamantory Drugs (NSAID).
Analgetika non narkotik bekerja pada perifer dan
sentral system saraf pusat.Obat golongan ini digunakan untuk mengurangi rasa
sakit yang ringan sampai moderat, untuk menurunkan suhu badan pada keadaan
panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan
rematik.Analgetik-antipiretika digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu
hanya meringankan gejala penyakit, tidakmenyembuhkan atau menghilangkan
penyebab penyakit.Obat golongan ini mengadakan potensiasi dengan obat – obat
penekan system saraf pusat.
Mekanisme
Kerja
a. Analgesik
Analgetika non
narkotik menimbulkan efek analgesic dengan cara menghambat secara langsung dan
selektif enzim – enzim pada system saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis
prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegaj sensitisasi reseptor
rasa sakit oleh mediator – mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion – ion hydrogen dan kalium, yang
dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
b. Antipiretik
Analgetika non
narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas,
pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh
darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan
pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relative kecil.
Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan
pusat control suhu dihipotalamus.
c. Antiradang
Keradangan
timbul karena pengaktifan fosfolipase A2 , enzim yang menyebabkan
pelepasan asam arachidonat yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh
prostaglandin sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang
melalui beberapa kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosintesis dan
pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim
siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan.
Mekanisme yang
lain adalah menghambat enzim – enzim yang terlibat pada biosintesis
mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan kolagen
dengan memperbaiki jarringan penghubung dan mencegah pengeluaran enzim – enzim
lisosom melalui stabilisasi membrane yang terkena radang.
Analgetika non
narkotik efektif untuk mengurangi keradangan tetapi tidak dapat mencegah
kerusakan jaringan pada penderita arthritis.
Berdasarkan
struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
turunan salisilat, turunan aniline dan paraaminofenol, turunan 5-pirazolon dan
5-pirazolidindion, turunan asam N-arilantranilat, turunan asam arilasetat dan
hetero arilasetat, turunan oksikam dan turunan lain – lain.
Obat Antiradang Bukan Steroid
Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan
steroid dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu antara lain :
1.
Turunan
Asam Salisilat
Asam salisilat
mempunyai aktivitas analgesic – antipiretik dan antirematik, tetapi tidak
digunakan secara oral karena terlalu toksik.Yang banyak digunakan sebagai
analgesic-antipiretik adalah senyawa turunannya.Turunan asam salisilat
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit
yang berhubungan dengan rematik.Kurang efektif untuk mengurangi sakit gigi,
sakit pada waktu menstruasi dan sakit karena kanker.Tidak efektif untuk
mengurangi sakit karena kram, kolik dan migraine.Turunan asam salisilat
menimbulkan efek samping iritasi lambung. Iritasi lambung yang akut kemungkinan
berhubungan dengan gugus karboksilat yang bersifat asam, sedang iritasi kronik
kemungkinan disebabkan oleh penghambatan pembetukan prostaglandin E1
dan E2, yaitu suatu senyawa yang dapat meningkatkan vasodilatasi
mukosa lambung, sehingga terjadi peningkatan sekresi asam lambung dan
vasokontriksi mukosa lambung, yang menyebabkan nekrosis iskemik dan kerusakan
mukosa lambung.
Untuk
meningkatkan aktivitas analgesic – antipiretik dan menurunkan efek samping,
modifikasi struktur turunan asam salisilat telah dilakukan melalui empat jalan,
yaitu :
a. Mengubah
gugus karboksil melalui pembentukan garam,ester atau amida. Turunan tipe ini
mempunyai efek antipiretik rendah dan lebih banyak untuk penggunaan setempat
sebagai counterirritant dan obat gosok karena diabsorbsi dengan baik melalui
kulit. Contoh : metilsalisilat, asetaminosalol, natrium salisilat, magnesium
salisilat dan salisilamida
b. Substitusi
pada gugus hidroksil. Contoh asam asetilsalisilat (aspirin) dan salsalat
c. Modifikasi
pada gugus karboksil dan hidroksil. Modifikasi ini berdasarkan pada prinsip
salol, dan pada in vivo senyawa dihidrolisis menjadi aspirin. Contoh :
alumunium aspirin dan karbetil salisilat.
d. Memasukan
gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatic atau mengubah gugus –
gugus fungsional. Contoh : flufenisal, diflunisal dan meseklazon.
Hubungan struktur aktivitas turunan asam salisilat
a. Senyawa
yang aktif sebagai antiradang adalah anioin salisilat. Gugus karboksilat
penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan dengannya.
b. Turunan
halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, dapat meningkatkan aktivitas tetapi
menimbulkan toksisitas lebih besar.
c. Adanya
gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas.
d. Pemasukan
gugus metal pada posisi 3 menyebabkan metabolisme atau hidrolisis gugus asetil
menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat menjadi lebih panjang.
e. Adanya
gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan aktivitas.
R1
|
R2
|
Nama Obat
|
H
|
OH
|
Asam
salisilat
|
H
|
OCH3
|
Metil
salisilat
|
H
|
NH2
|
Salisilamida
|
COCH3
|
OH
|
Asam
asetil salisilat
|
f. Adanya
gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat (diflunisal) dapat
meningkatkan aktivitas analgesic, memperpanjang masa kerja obat dan
menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu
pembekuan darah.
g. Efek
iritasi lambung dari aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat. Esterifikasi
gugus karboksil akan menurunkan efek iritasi tersebut. Karbetil salisilat
adalah ester karbonat dari etil salisilat, ester ini tidak menimbulkan iritasi
lambung dan tidak berasa.
Contoh :
-
Aspirin ( asam asetil salisilat,
asetosal, aspro, rhonal ) digunakan sebagai analgesic antipiretik dan
antirematik. Pemberian aspiran pada dosis rendah dan dalam waktu yang lama
dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung. Aspirin juga digunakan untuk
pengobatan thrombosis karena mempunyai efek antiplatelet. Absorpsi aspirin
dalam saluran cerna cepat, terutama pada usus kecil dan lambung, dan segera
terhidrolisis menjadi asam salisilat yang aktif. Asam salisilat terikat oleh
protein plasma kurang lebih 90%, kadar plasma tertinggi aspirin dicapai dalam
waktu 14 menit, sedang asam salisilat 0,5-1 jam. Waktu paruh aspirin kurang lebih
17 menit, sedang asam salisilat kurang lebih 3,15 jam. Dosis analgesic : 500 mg
setiap 4 jam bila diperlukan.
-
Salisilamid (orto-hidroksibenzamid)
mempunyai aktivitas analgesic antipiretik sama dengan aspirin, tetapi tidak
menunjukkan efek antiradang dan antirematik. Karena salisilamid tidak
terhidrolisis menjadi asam salisilat maka yang bertanggungjawab terhadap
aktivitas analgesic adalah seluruh molekul. Dibanding aspirin, salisilamid
mempunyai awal kerja lebih cepat, lebih cepat diekskresikan (masa kerja pendek)
dan menimbulkan toksisitas yang relative lebih rendah. Pada sediaan sering
dikombinasikan dengan obat analgesic lain seperti asetaminophen. Absorpsi obat
dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi mencapai dalm waktu 0,3-2
jam, dengan waktu paruh kurang lebih 1 jam. Dosis analgesic 500 mg 3dd.
-
Diflunisal (diflonid) mempunyai
aktivitas analgesic, antiradang dan antipiretik lebih besar disbanding aspirin.
Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, awal kerja obat kurang
lebih 1 jam sesudah pemberian. Kadar plasma tertinggi dicapai setelah kurang
lenih 2 jam, dengan waktu paruh biologis dan masa kerja kurang lebih 12 jam.
Diflunisal efektif untuk mengurangi rasa nyeri sesudah operasi dan
osteoarthritis. Dosis analgesic 250 mg 2dd.
2.
Turunan
5 – pirazolidindion
Turunan
5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, adalah antiradang
nonsteroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang berhubungan
dengan reumatik, penyakit pirai dan sakit persendian.Turunan ini menimbulkan
efek samping agranulositosis yang cukup besar dan iritasi lambung.
Hubungan
struktur dan aktifitas
a. Turunan
5-pirazolidindion mengandung gugus keto (C3) yang dapat membentuk
gugus Enol aktif yang mudah terionisasi.
Mekanisme
pembentukan gugus enol dapat dijelaskan sebagai berikut:
b. Substitusi
atom H pada C4 dengan gugus metil akan menghilangkan aktifitas
antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.
c. Penggantian
satu atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O, pemasukan gugus metil dan
halogen pada cincin benzene dan penggantian gugus n_butil dengan gugus alil atau
propel ternyata tidak mempengaruhi aktifitas antiradang, atau aktifitasnya
tetap.
d. Penggantian
cincin benzene dengan siklopenten atau siklopentan akan membuat senyawa menjadi
tidak aktif.
e. Peningkatan
keasaman akan menurunkan aktifitas antiradang dan meningkatkan efek urikosurik.
Struktur Turunan 5-pirazolidindion
Contoh
:
1. Fenilbutazon ,adalah
suatu pra obat, dalam tubuh akan mengalami metabolisme, yaitu hidroksilasi
aromatic, menjadi oksifenbutazon yang aktif sebagai antiradang dan analgesic.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, 99% obat terikat oleh protein
plasma. Kadar plasma tertingginya dicapai dalam waktu 1 – 7 jam, dengan waktu
paruh 3 hari.
2. Oksifenbutazon (Tandearil,
Reozon), menimbulkan efek samping iritasi lambung yang lebih rendah disbanding
fenilbutazon.
Penyerapan obat dalam saluran cerna
cepat, 99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertingginya dicapai
dengan waktu 2 – 12 jam, dengan waktu paruh 2 – 3 hari.
Tandearil ditarik oleh pabriknya
pada tahun 1985)
3. Sulfinpirazon (pKa=2,8),
mengandung gugus sulfinil yang bersifat hidrofil, dapat meningkatkan ekskresi
asam urat sehingga digunakan untuk pengobatan penyakit pirai yang kronik. Masa
kerja sulfinpirazon relative pendek, pada manusia mempunyai waktu paruh 2 jam,
bila dibandingkan dengan fenilbutazon (pKa=4,5) atau oksifenbutazon (pKa=4,7)
yang memountai waktu paruh 48 – 72 jam.
4. Bumadizon kalsium semihidrat (eumotol),
merupakan produk utama hidrolisis fenilbutazon, mempunyai efek analgesic,
antipiretik dan antiradang. Bumadizon digunakan untuk pengobatan reumatik
arthritis akut.
3.
Turunan
asam N- arilantranilat
Asam antranilat
adalah analog nitrogen dari asam salisilat.Turunan asam N-arilantranilat
terutama digunakan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, den sebagai
analgesic untuk mengurangi rasa nyeriyang ringan dan moderat.Turunan ini
menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, mual, diare, nyeri abdominal,
anemia, agranulositosis dan trombositopenia.
Hubungan
struktur-aktifitas
a. Turunan
asam N-antranilat mempunyai aktifitas yang lebih tinggi bila pada cincin
benzene yang terikat atom N mempunyai substituent-substituen pada posisi 2,3
dan6.
Struktur
turunan N-arilantranilat
R1
|
R2
|
R3
|
Nama obat
|
Dosis
|
CH3
|
CH3
|
H
|
Asam
mefenamat
|
250
mg 4 dd
|
H
|
CF3
|
H
|
Asam
flufenamat
|
150
mg 2 dd
|
Cl
|
CH3
|
Cl
|
Asam
meklofenamat
|
50
mg 3 dd
|
|
Glafenin
(R= 7-Cl)
|
200
mg 4 dd
|
Floktafenin
(R = 8-CF3)
|
200
mg 4 dd
|
b. Yang
aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal ini menunjukan bahwa senyawa
mempunyai aktifitas yang lebih besar apabila gugus – gugus pada N-aril berada
diluar koplanaritas asam antranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai
dengan tempat reseptor hipotetik antiradang.
Contoh : adanya substituent
orto-metil pada asam mefenamat dan orto-chlor pada asam meklofenamat akan
meningkatkan aktifitas analgesic.
c. Penggantian
atom N pada asam antranilat dengan gugus-gugus isosterik seperti O, S, dan CH2
dapat menurunkan aktifitas.
Contoh
:
1. Asam mefenamat
(ponstan,benostan,mefinal) memepunyai aktifitas analgesic 2
-3 kali aspirin dan aktifitas antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam
mefenamat banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri setelah operasi gigi.
Asam mefenamat menimbulkan toksisitas hematopoitik dan efek samping iritasi
lambung. Batas keamanannya menurun bila diberikan dalam dosis yang besar dan
jangka waktu yang lama sehingga untuk pengobatan tidak boleh lebih dari 1
minggu.
Penyerapan obat dalam saluran cerna
cepat dan hampir sempurna, 99% obat terikat oleh protein plasma.Kadar plasma
tertinggi dicapai dalam 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh plasma
3 – 4 jam.
2. Asam flufenamat (arlef)
mempunyai aktivitas antireumatik lebih besar dan massa kerja yang lebihpanjang
dibandingkan asam mefenamat. Efek samping yang ditimbulkan serupa dengan asam
mefenamat.
Asam flufenamat digunakan untuk
antireumatik dan analgesic.Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, dengan
waktu paruh plasma 3 jam.
3. Natrium meklofenamat (Meklomen),
mempunyao aktivitas antiradang 25 kali lebih besar disbanding asam mefenamat.
Aktivitas antireumatiknya lebih besar disbanding asam flufenamat. Meklofenamat
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan, pada berbagai
kondisi reumatik dan arthritis.
4. Glafenin (Glafen, Glifanan,
Biofenin), aktivitas analgesiknya 5 kali lebih besar dibanding
aspirin dengan efek samping lebih rendah dan batas keamanan yang lebih luas.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, awal kerja obat 15-30 menit. Kadar
plasma tertinggi dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dan masa
kerja obat 6-8 jam. Glafenin digunakan terutama untuk analgesic pada nyeri yang
akut dan kronik, missal nyeri setelah operasi.
5. Floktafenin (Idarac),
merupakan analgesic dengan aktivitas yang hampir sama dengan glafenin,
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri yang akut dan kronik. Penyerapan
dalam saluran cerna cepat, dan obat segera termetabolisis menjadi asam
floktafenat yang aktif. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-2,5 jam
setelah pemberian oral.
4.
Turunan
asam arilasetat
Turunan ini
mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic yang tinggi dan terutama digunakan
sebagai antirematik. Seperti pada obat antirematik yang lain. Turunan ini juga
menimbulkan efeks samping iritasi saluran cerna cukup besar. Struktur umum
turunan arilasetat dan heteroarilasetat digambarkan sebagai berikut :
R1
= gugus alkil : turunan asam fenilasetat
R2
= gugus yang bersifat hidrofob
X = gugus yang bersifat
elektronegatif (F atau Cl) yang terletak pada posisi meta dari rantai samping
Contoh turunan asam fenilasetat :
namoksirak, diklofenak-Na, ibufenak, fenbufen, ibuprofen, ketoprofen dan
fenoprofen.
Hubungan
struktur aktivitas turunan asam arilasetat
Turunan
asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
1. Mempunyai
gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam hidroksamat,
sulfonamide dan tetrasol, yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic
datar. Pemisahan dengan lebih dari satu atom C misal pada turunan asam
propionate atau butirat akan menurunkan aktivitas.
2. Adanya
gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contohnya ibufenak tidak mempunyai gugus α-metil dab bersifat
hepatotoksik, turunan α-metilnya (ibuprofen) mempunyai aktivitas antiradang
lebih tinggi daripada ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin
menurun.
3. Adanya
α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan kadang-kadang isomer
1 lebih aktif dibanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah bentuk isomer
S. contoh : S (+) ibuprofen lebih aktif dibanding isomer (-), sedang isomer (+)
dan (-) fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.
4. Turunan
ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara invivo
dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol dan
aldehida, secara invivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Contoh
turunan arilasetat :
1. Diklofenak-Na
(voltaren, neurofenak) dan diklofenak K ( cataflan ) mempunyai aktivitas
antirematik, antiradang dan analgesic antipiretik, digunakan terutama untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai keadaan rematik dan
kelainan degenerative pada system otot rangka. Diklofenak diabsorpsi secara
cepat dan sempurna dalam lambung, kadang plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paruh eliminasi 3-6 jam. Dosis 25-50 mg 3dd.
2. Ibuprofen
(brufen, ifen, motrim) mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan
analgesic antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat
keradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen diabsirpsi
dengan cepat pada saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Dosis 400 mg 3-4dd.
3. Ketoprofen
(profenid) mempunyai aktivitas antiradang analgesic antipiretik, digunakan
terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan
rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Ketoprofen
diabsorpsi secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna, kadar plasma
tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh
eliminasi kurang lebih 2-3 jam. Dosis 50-100 mg 2dd.
4. Flurbiprofen
(ansaid) aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen. Dosis 50 mg 2dd.
5. Loksoprofen
(loxonim) aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen. Dosis 60 mg 3dd.
6. Fenbufen
(cybufen) 3-(4-befenilil-karbonil) asam propionate, mempunyai aktivitas
antirematik, antiradang dan analgesic antipiretik digunakan terutama untuk
pengobatan rematik arthritis tulang, arthritis pirai dan mengurangi rasa nyeri
pada otot rangka. Fenbufen diabsorpsi secara cepat dalam saluran cerna, kadar
plasma tertinggi dicapai kurang lebih 2 jam setelah pemberian oral, dengan
waktu paruh 6-15 jam. Dosis 300 mg 3dd.
Kadang-kadang
pada cincin fenil bergabung cincin fenil lain, seperti pada turunan
naftalenasetat, contoh naproksen dan namebuton.
Hubungan
struktuur dan aktifitas turunan naftalenasetat
1. Penggantian
gugus OCH3 dengan SCH3 atau penggantian gugus COOH dengan gugus
alcohol atau aldehid, senyawa tetap aktif sebagai analgesic.
2. Penggantian
gugus CH3 dengan gugus alkil yang lebih besar akan mennurunkan
aktifitas.
Contoh :
a. Naproksen
( naxsen ) mempunyai aktifitas anti radang dan analgesic antipiretik, di
gunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri dan anti radang pada berbagai
keadaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Naproksen
diabsobsi secara sempurna dalam saluran cerna kadarplasma tertinggi dicapai 2-4
jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh biologis kurang lebih 13 jam.
Dosis 250-500 mg 2dd.
b. Namebuton
( relifex ) adalah praobat turunan keton dalam tubuh akan termetabolisis
menjadi senyawa aktif asam 6-metoksi-2 naftil-asetat, senyawa analog naproksen,
dengan sifat dan kegunaan yang mirip. Dosis tunggal 1000 mg.
5.
Turunan
asam heteroarilasetat
Hubungan
struktur-aktivitas turunan asam heteroarilasetat
a. Pada
turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (areumatin), gugus karboksil
penting untuk aktivitas antiradang, penggantian dengan radang lain akan
menurunkan aktivitas.
b. Penggantian
gugus C=O (X) dengan -CH2- akan menurunkan aktivitas. Adanya gugus
para halogen (R3), CF3 dan SCH3 dapat meningkatkan aktivitas.
c. Penggantian
gugus metil (R2) dengan gugus aril akan menurunkan aktivitasnya.
d. Adanya
gugus α-metil pada R1 menunjukkan aktivitas yang sama dengan senyawa induk,
sedang pemasukan α,α- dimetil akan mengurangi aktivitas.
e. Turunan
Isosterik 1-indeninindenil mempunyai aktivitas yang serupa dengan indometasin.
Hilangnya atom N-heterosiklik menurunkan efek samping gejala pada system saraf
pusat dan mengurangi efek iritasi lambung. Meskipun demikian, metabolitnya
tidak larut dalam urin dan pada dosis tinggi menyebabkan kristal uria sehingga
tidak digunakan lagi dalam klinik.
f. Penggantian
gugus metoksi dengan gugus F (R2) dan gugus Cl dengan gugus metil sulfinil
(R3), seperti yang terlihat pada sulindak, akan meningkatkan kelarutan dalam
urin dan menurunkan efek samping iritasi lambung.
Sulindak,
mempunyai aktivitas antireumatik yang kurang lebih sama dengan endometasin dan
tidak menyebabakan efek samping nyeri kepala. Sulindak adalah pra-obat, bentuk
yang aktif adalah metabolit sulfidanya.
Sulindak mempunyai waltu paruh
relative panjang, sehingga di klinik cukup diberikan 2 kali sehari.Sulindak
diserap dengan baik dalam saluran cerna, dan kemudian dimetabolisis menjadi
sulfide aktif.Kadar plasma tertinggi sulindak dicapai dalam 1-2 jam setelah
pemberian oral, sedang bentuk sulfidanya 3 jam.Waktu paruh plasma sulindak 7-8
jam, sedang bentuk sulfidanya 16-18 jam.
Dosis: 100-200 mg 2dd.
Contoh turunan
heteroasetat yang lain:
1. Fentiazak
(donorest), digunakan sebagai antiradang yang kronik dan akut setra untuk
pengobatan arthritis. Dosis: 100 mg 3dd.
2. Asam
Tiaprofenat (surgam), mempunyai aktivitas antiradang dan anlgesik antipiretik,
digunakan terutama untuk pengobatan rasa nyeri karena keradangan dan kelainan
degenerative pada system otot rangka, arthritis tulang, reumatik arthritis dan
penyakit pirai akut. Asam tiaprofenat diserap dengan baik dalam saluran cerna,
98% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam
0,5-1,5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh plasma 1-2 jam. Dosis
200 mg 3dd.
3. Asam
Metiazinat (soripal), mempunyai efek antiradang yang cukup besar, digunakan
pada semua kondisi reumatik, untuk meringankan rasa nyeri saraf otot dan untuk
pengobatan penyakit pirai akut. Dosis 500 mg 3-4dd.
4. Ketorolak
trometamol (Toradol), dapat menghambat biosintesis prostaglandin, mempunyai
efek analgetik yang kuat, digunakan untuk mengatasi rasa nyesi sesudah
pembedahan. Diberikan secara injeksi, dengan dosis : 10 mg, diikuti 10-30 mg
tiap 4-6 jam.
Gambaran struktur pada turunan arilasetat
dan heteroarilasetat yang diperlukan untuk aktivitas antiradang ternyata juga
dijumpai pada struktur obat antiradang tertentu, seperti turunan salisilat,
pirazolidindion dan N-arilantranilat, yaitu adanya gugus aromatic yang bersifat
planar, gugus yang bersifat asam dan struktur rantai samping tertentu. Gugus
aromatic dan asam diperlukan untuk pengikatan obat pada reseptor, sedang rantai
samping diperlukan untuk mengatur distribusi obat dalam menembus membrane
biologis.
6.
Turunan
oksikam
Turunan ini pada
umumnya bersifat asam, mempunyai efek anti radang, analgetik antipiretik,
efektif untuk pengobatan simptomatik rematik arthritis, osteoarthritis dan
antipirai.
Contoh : Piroksikam, tenoksikam dan isoksikam.
a. Piroksikam
( feldene, indene, rosic, resixam ) mempunyai aktifitas analgesic, anti rematik
dan anti radang yang kurang lebih sama dengan indometasin, dengan masa kerja
cukup panjang. Kadang-kadang digunakan untuk pengobatan penyakit pirai akut.
Piroksikam menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna cukup besar.
Piroksikan diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna, kurang lebih 99% obat
terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi di capai pada 3-5 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paruh plasma kurang lebih 30-60 jam. Dosis
20 mg per hari.
b. Tenoksikam
( tilcotil ) mempunyai aktifitas antiradang analgetik anti piretik dan juga
menghambat agregasi platelet. Tenoksikam digunakan terutama untuk mengurangi
rasa nyeri akibat mengurangi rasa nyeri akibat peradangan dan kelainan
degenerative pada system otot rangka. Efek samping iritasi saluran cerna cukup
besar. Teniksikam mempunyai masa kerja yang panjang, dan waktu paruh
biologisnya kurang lebih 72 jam dosis 20 mg per hari.
7.
Turunan
lain-lain
Seperti turunan
yang terdahulu, turunan ini juga menimbulkan efek samping iritasi saluran
cerna, serta menyebabkan ketidaknormalan hematologis dan kadang-kadang bersifat
hepatotoksik atau nefrotoksik.
Contoh:
1. Benzidamin HCl
(Tantum), mempunyai efek analgesic dan antiradang yang dapat digunakan untuk
pemakaian sistemik dan setempat. Benzidamin digunakan sebagai antiradang pada
urologi, pembedahan dan ortopedi. Dalam bentuk obat kumur, benzidamin digunakan
untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan tenggorokan, serta untuk
antiradang setelah operasi gigi. Dosis 50 mg 3dd.
Benzidamin HCl
2. Tinoridin
(nonflamin), digunakan sebagai aniradang sesudah pembedahan, pendarahan pada
urologi, dan untuk meringankan rasa nyeri pada punggung, nyeri sesudah
ekstraksi gigi dan nyeri pada penyakit reumatik kronik. Dosis 50-100 mg 3dd.
Tinoridin
3. Asam
niflumat (Niflucid), digunakan untuk mengurangi keradangan, pembengkakan dan
rasa sakit, serta efektif sebagai antireumatik. Dosis 250 mg 3dd.
DAFTAR PUSTAKA
·
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University press.
·
Anonym. 2011. “Analgetic dan
Obat-obatnya”.